BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika
sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia,juga merupakan
salah satu cara mengembangkan cara berpikir. Oleh karena itu matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK. Sehingga matematika perlu dibekalkan pada
peserta didik sejak usia dini. Namun sebagian besar siswa beranggapan
bahwa matematika itu sulit. Sulitnya penguasaan matematika disebabkan
oleh beberapa faktor. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kualitas
masukan peserta didik; anggapan bahwa matematika itu menakutkan;
kurangnya penguasaan guru terhadap materi maupun metode pembelajaran;
dan kurang tersedianya fasilitas yang diperlukan, dan lain sebagainya.
Dari
sejumlah faktor faktor penyebab sulitya penguasaan matematika penulis
menggarisbawahi salah satu, yaitu anggapan bahwa matematika itu sulit
dan “menakutkan”. Menurut pengalaman dari beberapa pengajar, pengalaman
pribadi dan pernyataan dari beberpa siswa, sejumlah topik yang
seringkali dirasakan sulit oleh siswa untuk dipelajari dan oleh guru
untuk disampaikan adalah: dimensi tiga, trigonometri dan sebagaianya.
Penulis
tertarik untuk menelusuri lebih lanjut mengenai trigonometri. Salah
satu alasan penelusuran tersebut adalah pengalaman dan pendapat guru
bahwa kesulitan pada pokok bahasan ini adalah bagaimana siswa memahami
hakikat dari materi yang disampaikan. Beberapa diantara nya adalah
istilah sinus, cosinus, dan tangen sebagai materi dasar untuk
pengetahuan terigonometri yang lebih luas pada pembelajaran matematika
lebih lanjut. Namun, karena penyajian pembelajaran yang bersifat
memahami apa yang ada di buku sering kali membuat guru dan siswa
terbentur pada pembelajaran yang bersifat hafalan saja, sehingga
pembelaran belum berhasil seperti yang diharapkan. Salah satu komponen
yang menentukan bagi tercapainya keberhasilan pembelajaran adalah guru.
Menurut Gagne dalam tulisan Dwi Nugroho Hidayanto (1999:140) fungsi
utama guru adalah merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran.
Fungsi inilah yang menyebabkan guru mempunyai kedudukan strategis dan
menentukan. Kemampuannya merancang pembelajaran, maka proses
pembelajaram yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang
bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru . Terilhami
oleh suatu ungkapan “saya mendengar lalu saya lupa, saya melihat lalu
saya ingat, saya berbuat lalu saya mengerti”, maka penulis berasumsi
bahwa pemakaian media pembelajaran menjadikan anak tidak hanya mendengar
tetapi melihat dan melakukan. Oleh karena itu, penulis memperkenalkan
sebuah media pembelajaran pokok bahasan trigonometri yaitu maket sebagai
minatur dari bentuk tiga dimensi. Dengan media ini diharapkan materi
yang disampaikan lebih bersifat realistik dari hanya sekedar mencatat
dan menghafalkannya. Agar pembelajaran dengan menggunakan maket ini
dapat berlangsung dengan baik, diperlukan suatu rencana pembelajaran
yang berorientasi pada pembelajaran aktif kreatif efektif dan
menyenangkan.
Dengan menggunakan maket, siswa termotivasi untuk
belajar dan memahami pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut
dikarenakan pemahaman para siswa, konsep, prinsip dan pengalaman belajar
diintegrasikan dan disinergikan dalam bentuk aktualisasi penerapan
konsep dalam kehidupan sehari-hari, yang dibentuk dalam sebuah miniatur
maket.
Menurut Bruner (2006:1.12) Proses belajar dibagi menjadi 3
tahap, yaitu tahap Enaktif(belajar kinse), ikonik(mengubah peristiwa
atau benda dalam bentuk bayangan mental) serta tahap simbolik
(mengutarakan bayangan mental dalam bentuk simbul.Dengan demikian
pembelajaran dengan menggunakan maket dapat membimbing siswa melalui
tahapan tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan maket ini dirancang
sedemikian hingga, supaya siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Hal ini diupayakan dapat merubah orientasi siswa dari belajar menjadi
pembelajar, serta lebih menekankan pada pembelajaran (learning) dari
pada pengajaran (teaching). Penggunakan maket pada trigometri sebagai
pembelajaran berorientasi PAKEM juga sangat sesuai dengan empat pilar
pendidikan yang dinyatakan oleh UNESCO yakni Learning to know, learning
to do, learning to be dan learing ti life together. Hal ini dikarenakan
selama proses pembelajaran terbentuk pengetahuan yang disampaikan oleh
guru dan berdasar pengalaman yang mereka peroleh, kemudian dapat
melakukan tugasnya dalam menggunakan maket, menjadi ahli-ahli dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan serta dapat bekerjasama dan
saling menghargai dalam kelompoknya. Dengan demikian pembelajaran dengan
menggunakan maket ini sangat sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada kerjasama dan kolaboratif para siswa
dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan menggunakan maket
yang berorientasi PAKEM ini merupakan suatu inovasi agar pembelajaran
yang selama ini abstrak menjadi lebih real. Selama ini pembelajaran
trigonometri hanya bersifat menjelaskan materi dan mengerjakan soal,
sehingga pembelajaran bersifat rutinitas saja, jika ada yang melakukan
praktek itupun lebih menyita waktu karena siswa harus keluar dan
memperkirakan tinggi dan jarak dari benda-benda di luar yang umumnya
sulit untuk dikondisikan. Dengan demikian pembelajaran dengan
menggunakan maket ini dapat dijadikan suatu inovasi bagi pembelajaran
selanjutnya.
B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang di
atas, secara umum permasalahan utama dalam kegiatan yang penulis lakukan
adalah: “Bagaimana Menggunakan maket sebagai media pembelajaran
trigonometri berorientasi PAKEM pada kelas X SMA”
C. Tujuan dan Manfaat yang Dilakukan
1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah:
a. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat rencana pembelajaran matematika yang berorientasi PAKEM dengan menggunakan maket .
b.
Mengoptimalkan kemampuan guru meningkatkan penguasaan konsep,
kreatifitas, aktivitas siswa pada matematika dengan menggunakan maket
c. Untuk memperoleh data objektif dan faktual tentang penguasaan konsep siswa pada materi trigonometri dengan menggunakan maket
2. Manfaat
Dari
segi perencanaan, pelaksanaan dan hasil kegiatan ini diperoleh berbagai
manfaat yang sangat berharga baik bagi penulis maupun bagi sekolah
sebagai tempat pelaksanaankegiatan. Dalam hal ini kegunaan kegiatan
diperjelas lagi menjadi:
a. Bagi Penulis : Menambah pengetahuan,
wawasan dan pengalaman dalam mengatasi masalah pembelajaran (khususnya
materi trigonometri) sehingga penulis dapat mengembangkan hal tersebut
untuk mengatasi permasalahan mata materi lainnya.
b. Bagi Kepala
Sekolah dan Guru : Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kepala sekolah
dan guru lainnya terdorong untuk mensosialisasikan dan menggunakan
pembelajaran berorientasi PAKEM ini untuk meningkatkan kinerja guru.
c.
Bagi Peserta didik : Mendapat kesan bahwa pembelajaran matematika itu
menyenangkan, meningkatkan penguasaan konsep, kreativitas dan aktivitas
siswa yang nantinya akan berimbas pula pada peningkatan prestasi hasil
belajar siswa serta kualitas pembelajaran matematika pada umumnya.
D. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Menurut
R. Soedjadi dan Masriyah (dalam Suyitno, 2004:52) meskipun terdapat
berbagai definisi matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat ditarik
ciri-ciri yang sama yakni:
1) matematika mempunyai obyek kajian yang abstrak,
2) matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan,
3) matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan
4) matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
Dengan
demikian pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru
mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya
yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi,minat, bakat, dan kebutuhan siswa
tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal
antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam
mempelajari
matematika tersebut (Suyitno, 2004:2). Matematika sekolah adalah
matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan menengah. Matematika
sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna
:
1) Menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan
2) Membentuk pribadi siswa
3) Berpandu pada perkembangan IPTEK
Menurut Suyitno (2004:52), obyek matematika ada 2, yaitu :
1) Objek langsung matematika adalah sebagai berikut:
• Fakta, yakni konvensi-konvensi sembarang dalam matematika.
•
Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengadakanklasifikasi atau penggolongan. Contoh: konsep ”segitiga”
misalnya,adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah suatu bangun geometri, datar, termasuk
segitiga atau tidak.
• Prinsip, adalah pola hubungan fungsional diantara konsep-konsep. Salah satu wujud prinsip adalah teorema.
• Skil, adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur atau algoritma guna menyelesaikan suatu masalah matematika.
2) Obyek tidak langsung matematika ada 7 macam yaitu:
1) bukti teorema
2) pemecahan masalah
3) transfer belajar
4) pengembangan intelektual,
5) kerja individu
6) kerja kelompok
7) sikap positif.
2. Maket sebagai media dalam pembelajaran Trigonometri
Maket
berdasarkan Kamus besar bahasa Indonesia berarti bentuk tiruan tiga
dimensi dan skala kecil yang terbuat dari kayu, kertas, tanah liat dan
sebagainya (1994:628). Maket dalam pembelajaran trigonometri merupakan
tiruan dari rumah, papan reklame serta pohon yang digunakan untuk
menerapkan konsep perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku.
Maket tesebut dapat dipajangkan atau digunakan untuk keperluan lain,
sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran sebagai salah satu
alat bantu mengajar harus dapat mempertinggi proses belajar siswa yang
pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Beberapa alasan untuk hal tersebut diantaranya adalah
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar. Manfaat media
pembelajaran dalam pembelajaran antara lain :
1) Pengajaran akan menarik perhatian siswa sehingga akan menumbuhkan motivasi belajar siswa
2)
bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik
3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran
4) Siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Agar media pembelajaran itu
efektif, maka penggunaan media harus direncanakan dan dirancang secara
sitematik. Masalahnya, ada beberapa pola penggunaan media pembelajaran
sebagaimana diutarakan (Wibawa: 1991: 75-78) yaitu pola penggunaan media
untuk tatanan (1) di dalam kelas, dan (2) di luar kelas. Pada pola
penggunaan di dalam kelas, media itu digunakan dengan tujuan untuk
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Kerana itu dalam merencanakan
penggunaan media guru harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran.
Materi pembelajaran dan strategi pembelajaran.
Setelah
mengetahui pola penggunaan media, maka langkah selanjutnya adalah
prosedur penggunaan media pembelajaran. Ada tiga langkah pokok dalam
prosedur penggunaan media pembelajaran yang perlu diikuti (dikemukakan
oleh Wibawa: 1991: 79-80) yaitu sebagai berikut:
1) Persiapan
Langkah
ini dilakukan sebelum menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan adar penggunaan media dapat dipersiapkan dengan baik,
yaitu: (1) pelajari buku petunjuk, kemudian ikuti petunjuk didalamnya,
(2) siapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media yang
dimaksud, (3) tetapkan, apakah media tersebut digunakan secara
individual ataukah kelompok? Yakinkan bahwa semua peserta sudah mengerti
tujuan yang hendak dicapai , (4) atur tatanannya, agar peserta dapat
melihat, mendengar pesan-pesan pembelajaran dengan baik.
2) Pelaksanaan (penyajian, penerimaan)
Satu
hak yang perlu diperhatikan selama menggunakan media pembelajaran yaitu
hindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu ketenangan, perhatian,
dan konsentrasi peserta.
3) Tindak lanjut
Kegiatan ini bertujuan
untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap pokok-pokok materi atau
pesan pembelajaran yang hendak disampaikan melalui media tersebut.
Selanjutnya pada beberapa media yang dilengkapi dengan alat evaluasi,
amaka langkah ini dimaksudkan pula untuk melihat tercapai atau tidaknya
tujuan yang ditetapkan. Kegiatan tindak lanjut ini umumnya dotandai
dengan kegiatan diskusi, tes, dan observasi.
3. Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Pembelajaran
matematika yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada
hakikatnya adalah suatu strategi pembelajaran terpadu yang , yang
menggunakan strategi, metode, pendekatan dan teknik pengajaran terpadu
sedemikian rupa baik prosedur maupun tujuan pembelajarannya dapat
terlaksana dan tercapai dengan baik. (Setiawan,2004:4) PAKEM merupakan
salah satu model pembelajaran yang menerapkan konsep paradigma baru
dalam psikologi belajar. Pendekatan ini lebih menekankan pada
prinsip-prinsip humanisme dalam membentuk perilaku anak dan menerapkan
prinsip psikologi kognitif.
a. Pembelajaran Aktif dalam matematika
Keaktifan
dalam pembelajaran dapat berupa keaktifan mental maupun keaktifan
fisik. Sejalan dengan faham konstruktifisme, mengajar tidak dapat
disamakan dengan memasukan air ke dalam gelas. Menurut Vigotsky (dalam
Setiawan,2004:8) Konsruktifisme berlandaskan pada dua hipotesis yaitu:
a)
Pengetahuan dibangun (dikonstruksi) secara aktif oleh dan dalam diri
subyek belajar, bukan secara fasif diterima dari lingkungan belajar.
b)
Peranjakan dalam memahami suatu pengetahuan merupakan proses adaftif,
yang mengorganisasi pengalaman si pebelajar dalam interaksi dengan
lingkungannya Berangkat dari pandangan tersebut maka pemahaman siswa
dalam matematika (termasuk trigonometri) dapat diperoleh jika siswa
mengkonstruksi pengetahuan secara aktif lewat pengalaman . Dengan
demikian pada saat pembelajaran siswa haruslah berpartisifasi aktif
sedemikian sehingga kegiatan siswa dalam belajar lebih dominan dari
kegiatan guru dalam mengajar.
b. Pelajaran Matematika yang Kreatif
Menurut
Setiawan (2004:6)” Pembelajaran kreatif penekanannya bagaimana guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran matematika ini mampu
memfasilitasi proses belajar mengajar sehingga memberi suasana yang
kondusif untuk siswa belajar”. Dengan demikian seorang guru dituntut
untuk dapat merancang suatu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa
menjadi kreatif, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
c. Pembelajaran Matematika yang Efektif
1) Resep Pembelajaran Efektif
Menurut Kanold (dalam Setiawan,2004) resep pembelajaran efektif meliputi:
a) Perencanaaan Membuat rencana ( dirumah sebelum mengajar) sehingga dapat:
1. Memulai pertemuan dengan tinjauan singkat atau dengan masalah pembuka selera.
2. Memulai pembelajaran dengan pemberitahuan tujuan dan alasan secara singkat.
3.
Menyajikan bahan pelajaran baru sedikit demi sedikit, dan diantara
bagian – bagian penyajian yang sedikit itu memberikan kesempatan kepada
siswa memahami, mencobakan, bertanya dan sebagainya.
4. Memberikan petunjuk yang rinci untuk setiap petugas bagi siswa.
5. Memeriksa pemahaman siswa dengan jalan mengajaukan banyak pertanyaan dan memberikan latihan yang cukup banyak.
6. Membolehkan siswa kerja sama sampai pada tingkat siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri.
b) Penyajian Mengimplemantasikan rencana yang telah dibuat dengan :
1.
Pemeriksaan pemahaman oleh siswa dilakukan dengan pemberian tugas
kepada siswa. Guru memberikan penjelasan pembuka jalan, kemudian siswa
menyelesaiakan tugas itu, lalu guru berkeliling memeriksa hasil
pembelajaran, memberi bantuan, siswa membuat ringkasan proses langkah –
langkah penyelesaian tugas tersebut.
2. Pertanyaan diberikan kepada
seluruh siswa; siswa diberi waktu cukup untuk menemukan jawaban; baru
kemudian slaah seorang siswa ditunjuk secara acaka untuk menjawab
pertanyaan tadi; akhirnya jawaban ditawarkan kepada siswa lain untuk
menilai kebenaran atau ketepatannya.
3. Pada pembelajaran tentang
konsep atau prosedur, siswa mengerjakan latihan terbimbing. Guru
pembimbing dengan menugasi siswa bekerja berkelompok kecil atau
berpasangan untuk merumuskan jawaban atas latihan itu, menyusun strategi
yang diperlukan, dan sebagainya.
c) Penutup pertemuan
• Jika sisa waktu tinggal sedikit, digunakan untuk membuat ringkasan dari pelajaran yang baru selesai.
• Jika sisa waktu agak banyak, digunakan untuk membicarakan langkah awal dari penyelesaian tugas yang harus dikerjakan di rumah.
2) Cooperatif learning sebagai suatu pendekatan dalam Strategi pembelajaran Efektif
Pembelajaran
kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah salah satu jenis
belajar kelompok , dengan kekhususan sebagai berikut:
i. Kelompok terdiria atas anggota yang heterogen (kemampuab, jenis kelamin, etnik dan sebagainya)
ii.
Ada ketergantungan yang positif di antara anggota-anggota kelompok,
karena setiap anggota kelompok bertangguang jawab atas keberhasilan
melaksanakan tugas kelompok
iii. Kepemimpinan dipegang bersama, tetapi ada pembagian tugas selain kepemimpinan
iv. Guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi jika perlu
v. Setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok. (Setiawan,2004:11)
d. Pembelajaran Matematika yang menyenangkan
Salah
satu hambatan dalam pembelajaran matematika adalah banyak siswa yang
tidak tertarik pada matematika itu sendiri, sudah barang tentu termasuk
di dalamnya trigonometri. Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya
adalah dengan memberikan motivasi kepada siswa, sehingga pembelajaran
itu menyenangkan.
E. Pengertian Dasar
Suharsimi Arikunto
(1996: 60) berpendapat bahwa: “Anggapan dasar atau postulat adalah
sebuah titik tolak penelitian”. Dalam kegiatan ini penulis dapat
mengemukakan anggapan dasar sebagai berikut:
a. Maket yang dimaksud penulis adalah maket yaang dibuat untuk keperluan pembelajaran trigonometri.
b. Pembelajaran matematika akan berhasil dengan baik apabila guru memahami perkembangan intelektual siswa
BAB II
PROGRAM PENANGGULANGAN
A. Rumusan Kegiatan
Masalah
kesulitan guru dalam mendesain pembelajaran menyenangkan bagi siswa
tentang trigonometri di SMA akan diatasi dengan melakukan Inovasi
Pembelajaran. Pada inovasi ini guru matematika sebagai inovator
menemukan dan melakukan kegiatan reflektif dan berdaur sehingga guru
benar-benar memiliki kemampuan yang optimal dalam hal:
1. Membuat
alat peraga model maket dalam pembelajaran matematika untuk mendesain
pembelajaran yang menyenangkan pada topik trigonometri;.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran trigonometri di kelas X SMA.
3. Membuat instrumen untuk menilai Penguasaan Konsep dan aktivitas siswa pada trigonometri;.
4. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk mengembangkan Penguasaan konsep dan aktivitas siswa pada trigonometri.
5. Mengelola pembelajaran dengan menggunakan media maket.
Media
pembelajaran berbentuk maket ini terbuat dari stirofoam, kayu, dan lem
kayu. Kemudian dibentuk berbagai model rumah, pohon dan papan reklame.
Untuk lebih jelas lagi model alat peraga yang dimaksud dilihat dari segi
alat/bahan, cara pembuatan dan cara penggunaan adalah sebagai berikut
berikut:
a. Alat dan Bahan
• Gunting / Cutter
• Penggaris
• Pensil/pulpen
• Kertas Tebal 4 lembar ukuran 30x40 cm
• Stiro foam
• 1 pak kayu untuk es krim
• Lem Kayu
b. Cara Membuat
Membuat miniatur rumah dari kayu eskrim dengan menggunakan lem kayu
Membuat miniatur papan reklame dengan menggunakan kayu eskrim dengan menggunakan lem kayu
membuat miniatur pohon
Menggabungkan 2 lembar stirofoam hingga ketebalan 3 cm kemudian lekatkan pada karton tebal
Memasangkan miniatur yang telah dibuat di atas stirofoam tebal.
Maket siap untuk digunakan.
c. Cara Menggunakan
Maket yang telah disusun disimpan di depan kelas.
Masing-masing kelompok mengambil maket.
Setiap kelompok mengerjakan soal yang tersedia pada maket.
Model pada maket kemudian digambar dalam lembar kerja yang telah
dimiliki siswa, kemudian menghitung apa yang ditanyakan dengan
memanipulasi angka menggunakan perbandingan trigonometri.
Masing-masing kelompok secara perwakilan melaporkan hasil kerja kelompok secara bergiliran.
B. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah melaksanakan apa-apa yang
telah dipersiapkan atau direncanakan pada tahap perencanaan tindakan
yang telah dibuat sebelumnya.
Pelaksanaan penggunaan media maket dalam materi trigonometri secara umum adalah sebagai berikut:
a)
Mengondisikan Kelas : Kelas dipersiapkan dengan cara ditata supaya
nyaman untuk belajar, tempat duduk dikondisikan sedemikian rupa untuk
memudahkan siswa duduk untuk membuat kelompok yang terdiri dari 3 sampai
dengan 4 orang per kelompoknya. Buku penunjang, hand out dan media
pembelajaran dipersiapkan, guru peneliti dan observer sudah siap untuk
memulai kegiatan pembelajaran.
b) Pelaksanaan:
1) Kegiatan Awal
Kegiatan
awal yang dilakukan oleh guru adalah memusatkan perhatian siswa untuk
belajar. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawabnya. Kemudian menyapa
siswa dengan menanyakan keadaan siswa “Bagaimana kedaanmu sekarang?”
siswa serempak menjawab “Alhamdulillah baik”. Kemudian guru menyampaikan
Standar kompetensi, kompetensi dasar serta tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran. Setelah itu mengadakan apersepsi dengan cara
menggali informasi prasyarat siswa dengan mengajukan pertanyaan “Apakah
kalian masih ingat pada phitagoras?” siswa secara klasikal menjawab
Ingat. Bagus guru memberikan pujian. Selanjutnya guru memberi motivasi
siswa dengan menyebutkan berbagai penggunaan trigonometri dan mengulas
sejarahnya.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan
penjelasan materi secara singkat. Siswa kemudian membentuk kelompok
dengan berhitung mulai satu sampai delapan dan berulang hingga selesai.
Siswa yang bernomor sama kemudian membentuk kelompok dan duduk secara
kelompok.
Guru membagikan maket dan LKS, setiap kelompok diberi
satu maket dan LKS dengan tujuan agar mudah dalam pengerjaannya. Guru
menjelaskan cara melaksanakan kerja kelompok sesuai dengan yang tertera
pada langkah kerja LKS. Langkah awal siswa dalam kelompok mengamati
maket yang diatasnya terdapat soal. Siswa secara berkelompok menyusun
kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok. Siswa dalam kelompok nampak
senang dan beraktivitas tinggi dengan pembelajaran menggunakan maket,
karena mengasikkan sesuai dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi pengalaman tersebut ini ada kaitannya dengan pembelajaran konsep
trigonometri. Setelah semua kelompok selesai guru kemudian
mempersilahkan dua kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di
depan kelas.
3) Kegiatan Akhir
Dengan bimbingan guru siswa
menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Kegiatan berikutnya
pelaksanaan pos tes. Guru membagikan lembar evaluasi (tes) kepada setiap
siswa untuk mengukur sejauhmana siswa dapat menguasai konsep yang telah
dipelajari. Pada saat melaksanakan tes siswa tidak diperkenankan
berkerjasama. Sebagai tindakan terakhir guru memberikan tugas atau PR
yang bersifat individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
proses pembelajaran trigonometri dengan menggunakan media maket penulis
berharap dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam penguasaan konsep.
Hal tersebut dapat dicapai jika guru dapat mengelola pembelajaran baik
dari segi metode, pendekatan maupun penggunaan media pembelajaran.
B. Saran
Disini
penulis menyampaikan saran yaitu Penggunaan media maket perlu
diujicobakan pada topik-tipik lain yang memungkinkan baik pada pelajaran
matematika, maupun pada pelajaran lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar